Ads 468x60px

Sabtu, 30 April 2011

Ketersediaan Pangan Petani Tetelan : Hasil Penelitian Sanenrejo (1)

Pola ketersediaan pangan pada masyarakat petani tetelan dapat dilihat berdasarkan dua aspek. Aspek yang pertama ditinjau berdasarkan musim. Berdasarkan musim, petani membaginya menjadi tiga yaitu musim rendeng/rendengan, kedua musim lemahrengan/lemareng/nemor dan yang ketiga yaitu musim kemarau/ketigo. Pada musim rendengan petani biasanya menanam padi dan jagung, karena intensitas hujan pada musim ini sangat sering maka memudahkan mereka untuk menanam kedua jenis tanaman ini. Selain itu, hasil dari musim ini biasanya lebih baik daripada musim yang lain, sehingga petani cenderung untuk menanam tanaman yang bisa menjadi persediaan hidup satu tahun kedepan.

Disatu sisi sebenarnya jenis tanaman yang ditanam tergantung jenis lahan yang dimiliki. Kondisi pada tanah tetelan tidak sama dengan tanah Ho/HGU, baik itu dari segi kesuburannya maupun tata letaknya. Kesemuanya itu mempengaruhi tingkat hasil panennya. Pada tanah tetelan hanya benar-benar bisa dimanfaatkan pada musim rendeng, sedangkan pada musim yang lain hasilnya jauh lebih berkurang. Terlebih lagi jika tanah tetelan sudah mulai rimbun dengan tanaman pokok/tanaman tegakan. Jika tanaman tegakan sudah mulai tinggi dan rimbun, maka sinar matahari tidak akan bisa menyinari tanaman-tanaman palawija yang ditanam oleh petani. Oleh karena itu, petani sering mengalami dilema yakni antara harus tetap menanam tanaman tegakan dengan konsekuensi tanaman palawija tidak terlalu menghasilkan lagi, atau bermain-main dengan pihak taman nasional dengan cara menanam tanaman tegakan namun dengan intensitas yang sedikit dan jarak yang agak jauh atau bahkan mencabut tanaman tegakan agar tidak tumbuh dengan baik.

Hasil dari musim rendeng yang berupa gabah biasanya disimpan untuk keperluan sehari-hari atau untuk keperluan satu tahun kedepan sampai musim rendeng berikutnya. Sedangkan hasil dari tanaman jagung biasanya dijual untuk membayar hutang, baik itu hutang benih, pupuk, obat dan sebagainya.
Pada musim lemareng/lemah rengan/nemor, petani biasanya menanam tanaman jagung, kacang broll (kacang tanah), kacang ijo, atau kacang tunggak (kacang panjang). Hasil dari musim ini biasanya dijual untuk membeli barang-barang kebutuhan yang diinginkan terutama barang-barang sekunder seperti televisi, sepeda motor dan sebagainya.
Selanjutnya pada musim kemarau/ketigo, kebanyakan petani menganggur, khususnya petani yang hanya mempunyai tanah tetelan saja. Pada musim ini, biasanya mereka hanya membersihkan tanah tetelan saja dan memetik hasil dari tanaman tegakan. Sedangkan untuk petani yang masih mempunyai HO dan sawah
Tanaman yang ditanam pada tanah tetelan
1. Musim rendengan (Tahap I) ditanami padi dan jagung
Tanah yang seluas ¼ ha ditanami dengan 5 kg gabah/padi seharga 15.000/atau 3000 /kg. biasanya para petani memakai benih hasil panen tahun lalu. Kemudian obat padi seharga 15.000 dan pupuk 2 sak, per sak seharga Rp. 90.000 jadi total harga pupuk Rp. 180.000. Total biaya yang diperlukan untuk biaya operasional adalah Rp. 210.000
Dari 5 kg padi tersebut menghasilkan 10 sak gabah atau sekitar 5 kwintal. 1 kw seharga Rp. 200.000, jadi total yang diperoleh sejumlah Rp. 1.000.000 itu didapatkan jika sedang panen (jika subur dan tidak terganggu hama). Jika tidak panen dia mendapat 2,5 kw atau senilai 500.000. Jadi jika sedang panen pendapatan bersihnya dari padi 1.000.000-210.000=790.000. Namun jika tidak panen pendapatan bersih dari padi 500.000-210.000= 290.000.
Sedangkan tanaman jagung (gandum) ditanam di krajakan (pematang atau dipinggir tanaman padi). Untuk krajakan Benih jagung yang ditanam sebanyak 1 kg, biasanya menghasilkan 1 kwintal jagung basah. Jika memakai benih jagung biasa/lokal yang harga perkilonya seharga Rp. 2000 maka akan menghasilkan jagung seharga Rp.200.000 sedangkan untuk biaya operasional seperti pupuk seharga 7500. Jadi untuk hasil dari krajakan bisa mendapat mendapat 192.500.
2. Musim Lemah Rengan/ Lemareng/Tahap 2
Pada musim ini intensitas hujan sudah mulai berkurang, atau kadar air tanah sudah mulai berkurang. Sehingga penduduk lebih sering menanam jagung, kacang hijau atau kacang tunggak.
Pada musim ini petani biasanya menanam benih jagung biasa atau jagung lokal, sebanyak 3kg seharga Rp. 6000. Untuk keperluan pemupukan biasanya memakai pupuk sebanyak 1 sak, seharga 90.000. Benih 3 kg bisa menghasilkan 5-6 kw jagung basah.
3. Musim Kemarau
Pada musim kemarau para petani tidak menanami tanah tetelannya, karena tanahnya kering. Biasanya pada musim ini para petani memanen hasil tanaman tegakannya, jika sudah berbuah.
Tanah HO/HGU
1. Musim Rendengan/Tahap 1, luas 1/8 (sa’wolon)
Pada musim Rendengan tanah Ho ditanami dengan benih padi 4 Kg yang menghasilkan 12 sak atau sekitar 6 kw. Biaya operasional menghabiskan pupuk 2 sak dan obat 1 botol. Karena tidak ada tanaman pokok maka hasilnya lumayan.
2. Tahap Kedua /Lemareng
Pada tahap ini biasanya tanah HO ditanami jagung dan kacang broll (kacang tanah). Jagung (gandum) sebanyak 3 kg dan kacang broll sebanyak 7 kg. 3 kg jagung biasanya menghasilkan 1 ton jagung. Sedangkan 1 kg kacang broll menghasilkan 2-3 kw.
3. Tahap ketiga
Pada tahap ini petani biasanya menanam kacang tunggak/kacang otok. Kalau bisa ngelep (mengairi lahan dengan air dari sumur bor) maka hasilnya lebih banyak. 1 kg benih bisa menghasilkan 50 kg. Hasil dari tanaman padi biasanya tidak pernah dijual. Umumnya disimpan untuk keperluan hidup sehari-hari sampai 1 tahun mendatang.

0 komentar:

Posting Komentar

footer Post 2